Durian Kumbo Karno Menghilang, Pria Ini Kecewa Berat

Dibaca 63 Kali

BERBAGI

Durian Kumbo Karno
Durian Kumbo Karno
Laporan Sylvia Liliana Agustina, Portal Batang

KULINER – Kholik (33), terlihat kecewa saat durian yang diinginkannya tidak ada. Padhal ia sudah menanyakannya kepada setiap pedagang durian yang ada di sepanjang jalan Dsrupono Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

Untuk mengobati kekecewaannya, lelaki itu, akhirnya memilih durian khas Kendal Jawa Tengah, lainnya. Bersama dua temannya, kemudian Umar, membelah 4 durian yang besarnya seukuran bola futsal.

“Kalau musim durian tiba, Saya selalu menikmati buah kesenanganku ini di sini. Selain banyak pilihan, bisa menikmati pemandangan hutan jati, “ kata Kholik, Minggu ( 16/05/17).

Kholik mengaku, dirinya mencari durian Kumbo Karno. Durian asli Kendal itu, rasanya enak, isinya (pongge) kecil dan dagingnya tebal. Namun yang dicari tidak ada. Akhirnya ia memilih durian lokal,yang banyak ditanam oleh petani durian.

Pria asal Kendal ini kecewa, sebab Durian Kumbo Karno kesukaannya menghilang.

Walaupun durian lokal tersebut, isinya besar dan dagingnya tipis serta agak lembek. Manisnya juga kurang. Rasanya sangat jauh nikmatnya kalau dibandingkan durian Kumbo Karno.

BACA JUGA  Rahasia Bakso Doa Ibu Semarang, Harga Tergolong Mahal Tapi Tak Pernah Sepi Pengunjung

“Sebenarnya, saya ingin memberi kejutan kepada kedua teman yang saya ajak ini, ” ujarnya.
Kholik mengaku sudah biasa berburu durian Kumbo Karno, setiap musim durian di Kendal.

Tidak sama dengan Kholik. Faizin, mengaku tidak maniak dengan durian. Walaupun buah yang kulitnya berduri itu, rasanya enak.

“Saya diajak mas Umar. Katanya di sini ada durian yang sangat enak, namanya durian Kumbo Karno,” kata Faizin.

Lelaki asal Tegal ini, mengaku penasaran dan kemudian ikut ajakan mantan teman kuliahnya itu.

“Yang kita cari tidak ketemu. Tapi setidaknya, Saya bisa menikmati durian di pinggir hutan jati ,” tambahnya sambil tertawa ringan.

Durian Kumbo Karno Gagal Panen

Buah Durian, mudah kita jumpai di sepanjang jalan Darupono Kaliwungu Selatan Kendal, saat musim seperti ini. Di jalan yang menghubungkan Kendal, Kabupaten Semarang dan kota Semarang ini, memang banyak sekali penjual, durian. Para penjual itu, memilih tempat itu, selain banyak dilewati orang, karena jalan alternative, juga dikarenakan teduh.

“Ada belasan pedagang yang berjualan di ini,” kata salah satu pedagang durian, Muslih (48).

Ya, sepanjang jalan Darupono, hingga masuk ke Boja Kendal, memang dipnuhi pohon jati dan karet . Sehingga sangat teduh. Selain durian, banyak juga buah rambutan, yang dijua, disitu, saat musim buah tersebut.

Menurut Muslih, tahun ini banyak petani durian yang gagal panen. Sebab musim hujan diiringi dengan angin kencang. Sehingga banyak pohon durian yang rontok buah duriannya. Padahal masih kecil-kecil.

“Banyak pohon durian yang tidak berbuah. Termasuk jenis durian Kumbo Karno, khas durian sini yang banyak dicari orang ,” tambah Muslih.

Muslih, mengaku sudah hampir 7 tahun jualan durian. Durian yang ia jual berasal dari wilayah Boja,Limbangan, dan Singorojo Kendal. Selain dari kebunnya, ia mendapatkan durian yang ia jual dari petani lainnya.

BACA JUGA  “Kopi Silurah”, Harum dan Sedapnya Kopi Buatan Tangan Dari Pelosok Batang

“Banyak durian yang rasanya kurang enak, karena kena air hujan,” terangnya.

Senada dengan Muslih. Pengepul durian, H. Akhmad Iksan, mengaku sangat sulit mendapatkan buah durian Kumbo Karno. Ini dikarenakan musim hujan yang diiringi angin kencang.

“Kebun durian milik saya gagal panen. Satu pohon, hanya ada beberapa buah saja. Itupun tidak semuanya enak rasanya, “ kata Iksan

Iksan mengaku, harga durian sekarang agak mahal kalau dibandingkan tahun kemarin. Durian yang biasanya sekitar 30 hingga 50 ribu, sekarang mencapai 60 sampai 80 ribu. Padahal itu, durian biasa.

“Kalau musim durian tahun -tahun lalu, harga 80 ribu rupiah, sudah bisa mendapat durian Kumbo Karno, “ ujarnya.

Warga Kertosari Singorojo Kendal itu menambahkan, musim durian biasanya jatuh pada awal bulan Desember hingga bulan Maret. Puncaknya, sekitar bulan January hingga Februari.

“Dulu, omset saya sehari, bisa mencapai 10 juta. Kalau pas hari libur, sampai dua kali lipatnya. Tapi sekarang, 10 juta perhari itu, bila hari libur. Untuk hari biasa, di bawahnya, “ jelasnya. (*)

Penulis : Sylvia Liliana Agustina
Editor : Novita Dwi Rizky

Komentari – Centang untuk Berbagi

Komentar