Pemalang – Ancaman rob yang terus menerjang Kecamatan Ulujami, Pemalang, mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pemalang untuk mencanangkan delapan desa di wilayah tersebut sebagai Desa Tanggap Bencana (Destana). Langkah ini dinilai krusial untuk meminimalisir dampak bencana yang kerap menggenangi pemukiman warga.
Kepala Pelaksana BPBD Pemalang, Andri Adi, menjelaskan bahwa program Destana bertujuan untuk memberdayakan desa agar mampu mandiri dalam menghadapi dan mengatasi bencana. "Partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini," tegas Andri saat ditemui Selasa (2/6). Ia menekankan pentingnya keterlibatan warga dalam seluruh tahapan pengelolaan risiko bencana, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Andri mencontohkan kesigapan masyarakat Ulujami dalam menghadapi rob. "Mereka sudah sangat memahami kebutuhan saat bencana, mulai dari lokasi pengungsian, dapur umum, hingga barang-barang yang perlu diamankan. Ini karena mereka sudah bertahun-tahun berjuang menghadapi rob," jelasnya. Ia menambahkan bahwa peran BPBD lebih sebagai pendukung, mengingat masyarakat setempat telah memiliki pengalaman dan pemahaman yang matang dalam menghadapi bencana ini.

Related Post
Data BPBD Pemalang mencatat, selama lima tahun terakhir, bencana rob di Ulujami terus meluas. Sebanyak 11 desa dan ribuan rumah terdampak hingga tahun 2025. Kegagalan tanggul penahan rob yang dibangun swadaya masyarakat pada tahun 2024 lalu memperparah situasi. "Banjir rob memang tidak berlangsung lama, namun meluasnya dampak disebabkan oleh kurangnya tanggul laut yang memadai," ungkap Andri. Kedelapan desa yang ditetapkan sebagai Destana diharapkan dapat menjadi contoh dan benteng pertahanan dalam menghadapi ancaman rob yang terus mengintai.
Leave a Comment