Raja Ampat: Surga Terancam? Vlog Jokowi 2017 Kembali Viral Usai Izin Tambang Dikeluarkan

Keindahan Raja Ampat, Papua Barat Daya, kembali menjadi sorotan publik. Vlog Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diunggah pada 26 Desember 2017, kini viral kembali. Video yang telah ditonton lebih dari 238.739 kali itu menampilkan kekaguman Jokowi terhadap keindahan alam bawah laut Raja Ampat, yang disebutnya sebagai salah satu yang terbaik di dunia. "Selain pemandangan pantai, laut yang sangat indah, Raja Ampat mempunyai keindahan bawah laut yang luar biasa, sangat-sangat indah," puji Jokowi dalam vlog tersebut. Ia bahkan mengaku ingin mencoba menyelam di sana suatu saat nanti.

Namun, kemunculan kembali vlog ini bertepatan dengan polemik izin tambang nikel di wilayah tersebut. Netizen ramai-ramai mengaitkan kunjungan Jokowi dengan diterbitkannya izin produksi pertambangan nikel milik PT GAG Nikel (GN) pada tahun yang sama, 2017. Berbagai komentar pun bermunculan di media sosial, ada yang berspekulasi bahwa kunjungan tersebut merupakan survei lokasi tambang, sementara yang lain menyayangkan dampak lingkungan yang dikhawatirkan akan merusak keindahan Raja Ampat. "Lagi ngechek lokasi tambang," tulis salah satu pengguna Twitter. Komentar lain mengekspresikan kekhawatiran atas kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.

Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP) produksi PT GAG Nikel memang diterbitkan pada 2017 dan mulai beroperasi pada 2018. Ia menegaskan bahwa dirinya saat itu belum menjabat sebagai menteri, melainkan masih ketua umum HIPMI Indonesia.

Kontroversi ini pun menimbulkan pertanyaan publik mengenai keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan di kawasan wisata bahari kelas dunia tersebut. Vlog Jokowi yang semula menjadi bukti keindahan Raja Ampat, kini justru menjadi pemantik perdebatan tentang dampak jangka panjang aktivitas pertambangan di surga bawah laut Indonesia ini. Apakah pembangunan ekonomi harus mengorbankan keindahan alam yang tak ternilai harganya? Pertanyaan ini masih menjadi perdebatan yang perlu dikaji lebih lanjut.