Polemik internal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kudus mencapai puncaknya. Kepengurusan DPD PSI Kudus di bawah kepemimpinan Aris Susanto dibekukan oleh DPP PSI, yang dipimpin Kaesang Pangarep. Penyebabnya? Pembangkangan terhadap keputusan DPP PSI yang mendukung pasangan Hartopo-Mawahib di Pilkada Kudus.
Aris Susanto dan jajarannya justru memilih mendukung pasangan Sam’ani-Bellinda, yang diusung oleh tujuh partai politik lainnya. Keputusan ini membuat DPP PSI geram dan langsung menunjuk kepengurusan baru di bawah kepemimpinan Antoni Alfin.
"Selain posisi ketua, jajaran kepengurusan lainnya juga semuanya diganti. Kepengurusan (DPD PSI Kudus) semuanya baru," tegas Antoni Alfin, Ketua DPD PSI Kudus yang baru, saat dikonfirmasi.
Antoni dan jajarannya langsung mengiringi prosesi pendaftaran pasangan Hartopo-Mawahib ke KPU pada Kamis (29/8) sore. Langkah ini menunjukkan komitmen mereka terhadap keputusan DPP PSI.
Aris Susanto, yang dibekukan dari jabatannya, mengaku tidak mengetahui perihal pencopotannya. "Saya tahunya dari teman. Sampai saat ini tidak ada pemberitahuan lisan atau surat pencabutan SK yang diberikan kepada saya," ungkapnya.
Aris menilai seharusnya DPP atau DPD Provinsi PSI berkomunikasi terlebih dahulu dengan kepengurusan DPD PSI Kudus sebelum mengambil keputusan. "Jangan asal main tembak saja. Tapi nggak ada masalah, karena kawan-kawan PSI di Kudus tetap solid," tegasnya.
Meskipun dibekukan, Aris tetap menyatakan dukungannya kepada pasangan Sam’ani-Bellinda. "Sedari awal kami telah mendukung paslon Sam’ani-Bellinda. Dan paslon ini juga satu-satunya paslon yang ikut penjaringan di PSI. Dan kami sudah paham resikonya dan siap menerima resiko dan konsekuensinya," pungkasnya.
Langkah tegas DPP PSI ini menunjukkan komitmen mereka terhadap keputusan politik yang diambil. Namun, konflik internal ini juga memunculkan pertanyaan tentang soliditas partai di tingkat daerah dan bagaimana mereka menghadapi perbedaan pendapat dalam menentukan arah politik.
