Surabaya, Portal Batang ID – Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Arif Fathoni, angkat bicara terkait viralnya potongan video candaan admin media sosial Wali Kota Eri Cahyadi. Menurutnya, insiden tersebut merupakan murni kesalahan manusiawi dan tidak mencerminkan gaya kepemimpinan Eri Cahyadi yang selama ini fokus bekerja nyata di lapangan.
"Saya kira ini kelalaian individu. Tidak adil jika kegiatan Pak Wali di lapangan dianggap pencitraan. Warga Surabaya tahu betul, beliau adalah pemimpin yang hadir langsung di tengah masyarakat," tegas Arif Fathoni, Minggu (2/11/2025).

Fathoni mengapresiasi langkah cepat sang admin yang telah meminta maaf dan mengundurkan diri. Menurutnya, tindakan tersebut menunjukkan tanggung jawab moral yang patut dicontoh. Ia juga mengajak masyarakat untuk melihat rekam jejak kerja nyata Eri Cahyadi, bukan hanya terpaku pada satu kesalahan teknis.
"Banyak kebijakan pro-rakyat yang telah diambil, seperti kenaikan anggaran Rutilahu, program beasiswa Pemuda Tangguh, serta perluasan akses pendidikan dan kesehatan gratis. Ini bukti nyata keberpihakan beliau pada masyarakat kecil," jelas politisi Partai Golkar ini.
Fathoni mencontohkan bagaimana Eri Cahyadi kerap turun langsung meninjau jalan rusak di malam hari tanpa sorotan kamera, namun sebulan kemudian jalan tersebut sudah mulus diaspal. Ia juga mengingatkan peristiwa banjir besar di kawasan Jalan Pemuda, di mana Eri turun langsung memeriksa saluran air hingga ke gorong-gorong peninggalan Belanda.
"Sekarang, kondisi tengah kota sudah jauh lebih baik. Itu semua hasil kerja nyata, bukan sekadar konten," imbuhnya.
Menurut Fathoni, Eri Cahyadi adalah tipe pemimpin yang lebih memilih bekerja senyap namun berdampak besar, seperti penyelesaian konflik sosial dan penguatan toleransi antarwarga. Ia mencontohkan bagaimana Eri turun langsung berdialog dengan tokoh masyarakat saat terjadi pro-kontra pendirian sekolah keagamaan di Gunung Anyar, serta mencari solusi saat terjadi konflik warga di Bubutan.
"Ini adalah kepemimpinan yang menenangkan," ujarnya.
Fathoni menegaskan bahwa tudingan pencitraan terhadap Eri Cahyadi tidak relevan, mengingat masyarakat Surabaya telah dua kali memberikan mandat melalui pemilihan langsung. Ia juga menilai bahwa penggunaan media sosial oleh Eri Cahyadi justru merupakan bentuk pertanggungjawaban publik, bukan alat pencitraan.
"Media sosial digunakan sebagai jembatan komunikasi, agar warga tahu apa yang sudah dan sedang dikerjakan pemerintah kota," jelasnya.
Di akhir wawancara, Fathoni mengajak masyarakat untuk lebih bijak menyikapi isu di media sosial, membangun budaya pemaaf, dan mendukung semangat anak muda untuk terus berkreasi.