Kota Madiun – Rencana ambisius Pemerintah Kota Madiun untuk mengubah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo menjadi kawasan wisata modern, lengkap dengan piramida, taman buah, dan lahan edukasi, ternyata menyimpan bara keresahan di hati puluhan pemulung. Mereka yang selama ini menggantungkan hidup dari mengais rezeki di antara tumpukan sampah, kini terancam kehilangan mata pencaharian.
Sejak dimulainya proyek pembangunan, aktivitas memulung menjadi serba terbatas. Jam kerja yang tak menentu, bahkan sampah yang baru datang tengah malam, membuat penghasilan mereka merosot tajam. Keluhan ini disampaikan oleh Supri (64), perwakilan pemulung, saat mengadu ke anggota DPRD Kota Madiun dari Fraksi PDI Perjuangan, Usman Ependi, didampingi Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN) Kota Madiun, Sabtu (11/10/2025).
"Kami resah, penghasilan menurun drastis karena sampah sekarang datang tengah malam. Kami belum pernah diajak bicara oleh pemerintah soal nasib kami ke depan," ungkap Supri dengan nada khawatir. Ia menambahkan, sekitar 50 pemulung di sekitar TPA Winongo menggantungkan hidup sepenuhnya dari aktivitas ini. "Kami tidak tahu harus bekerja apa nanti kalau tempat ini benar-benar jadi tempat wisata," imbuhnya.
Ketua LPKAN Kota Madiun, Agus Hendarto, yang akrab disapa Topan, menegaskan komitmennya untuk terus mengawal dan memberikan advokasi agar para pemulung mendapat perhatian serius dari pemerintah. "Kami akan terus membantu advokasi agar mereka mendapat perhatian. Jangan sampai masyarakat kecil kehilangan sumber nafkah tanpa solusi," tegas Topan.
Menanggapi keluhan tersebut, Usman Ependi menyatakan kesiapannya untuk menindaklanjuti aspirasi para pemulung dengan membawa persoalan ini ke pimpinan DPRD Kota Madiun dan Komisi III yang membidangi lingkungan hidup. "Saya menerima langsung pengaduan teman-teman pemulung yang merasa terancam kehilangan penghasilan akibat proyek wisata di TPA Winongo. Aduan ini akan saya teruskan secara resmi agar segera ditindaklanjuti," janji Usman.
Kini, para pemulung menaruh harapan besar pada langkah nyata DPRD dan Pemkot Madiun. Mereka berharap pemerintah dapat memberikan solusi alternatif pekerjaan atau pelatihan keterampilan agar mereka tidak kehilangan sumber penghidupan.
Di tengah ambisi pembangunan wisata modern, suara para pemulung TPA Winongo menjadi pengingat bahwa kemajuan kota seharusnya tidak mengorbankan kelompok masyarakat kecil yang selama ini turut menjaga kebersihan lingkungan. Solusi yang adil dan berkelanjutan menjadi kunci agar mimpi indah wisata TPA Winongo tidak berubah menjadi mimpi buruk bagi para pemulung. Ikuti terus perkembangan berita ini hanya di Portal Batang ID.