Brebes – Desa Kluwut, Brebes, dulu dikenal sebagai wilayah dengan angka stunting yang mengkhawatirkan. Namun, di balik tantangan itu, muncul kisah inspiratif dari para perempuan desa yang berjuang keras demi kesehatan anak-anak mereka.
Sejak tahun 2022, dengan dukungan Tanoto Foundation melalui program Rumah Anak SIGAP dan Pusat Operasi Penurunan Stunting (POPS), Desa Kluwut mulai berbenah. POPS menjadi pusat data permasalahan, sementara Rumah Anak SIGAP bergerak dengan aksi nyata. Data September 2025 mencatat 183 dari 830 balita di desa tersebut mengalami stunting.

"Dulu, ada bayi baru lahir langsung diberi pisang biar gemuk, atau bayi dua bulan sudah dicekoki bubur encer kuah kuning," ungkap Sri Yuliana, Koordinator Rumah Anak SIGAP Desa Kluwut, menggambarkan mirisnya kondisi saat itu.
Tantangan terbesar adalah meyakinkan warga tentang pentingnya Pemberian Makanan Tambahan (PMT). "Banyak yang menolak, terutama di wilayah pesisir. Mereka bilang PMT itu masakan rumah sakit, ada obatnya," lanjut Ana, sapaan akrabnya.
Namun, penolakan itu justru memicu kreativitas. Bersama kader PKK, Ana dan timnya berinovasi menciptakan berbagai menu PMT berbahan dasar ikan, potensi lokal yang melimpah di Kluwut. Pepes ikan, perkedel ikan, bola-bola ikan, hingga es cendol ikan menjadi bukti nyata bahwa makanan sehat bisa lezat dan berasal dari lingkungan sekitar.
"Kami edukasi bahwa ini bukan obat, tapi makanan sehat untuk anak-anak mereka, dan ini hasil dari potensi lokal," tegas Ana.
Perjuangan mereka tak selalu mudah. Ada ibu yang terpaksa menerima PMT secara sembunyi-sembunyi karena tidak mendapat izin dari suami. Namun, semangat para perempuan pejuang gizi ini tak pernah padam. Mereka terus berupaya memberikan yang terbaik demi masa depan generasi penerus Desa Kluwut.