Tegal – Di balik angka statistik dan program pemerintah, ada kisah inspiratif dari Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Saeful Muslimin, kepala desa berusia 61 tahun, menjadi nahkoda perubahan dalam memerangi stunting yang dulu menghantui desanya.
Rumah Anak SIGAP, yang berlokasi di balai desa, menjadi saksi bisu perjuangan Saeful. Tempat ini bukan sekadar fasilitas, melainkan rumah kedua bagi anak-anak Tuwel untuk belajar, bermain, dan mendapatkan nutrisi yang cukup.

Semangat Saeful tak surut meski program kerjasama dengan Tanoto Foundation telah usai. Ia meyakini bahwa Rumah Anak SIGAP adalah investasi masa depan. "Kalau sudah berjalan baik, sayang kalau berhenti. Ini bukan sekadar program, tapi masa depan anak-anak," tegasnya.
Melalui musyawarah desa, Saeful berhasil mengalokasikan Rp108 juta dari Dana Desa 2025 untuk program kesehatan. Dana tersebut digunakan untuk operasional Rumah Anak SIGAP, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Bina Keluarga Balita (BKB), hingga Kafetaria Sehat (Kafeta). Kafeta ini menjadi oase bagi anak-anak kurang gizi untuk mendapatkan asupan nutrisi harian. Bahkan, Kafeta Desa Tuwel telah mengantongi sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS).
"Anak-anak yang masuk kategori gizi kurang, kita kirim makanan sehat setiap hari. Kita pantau, habis dimakan atau tidak. Kalau tidak, kita cari tahu alasannya. Ada konseling juga untuk orang tuanya," jelas Saeful.
Perjuangan Saeful bukan tanpa alasan. Pada tahun 2021, angka stunting di Desa Tuwel mencapai 28 persen, sebuah angka yang memprihatinkan. Namun, berkat intervensi berkelanjutan melalui Rumah Anak SIGAP, grafik tersebut perlahan berbalik arah. Kisah Saeful Muslimin adalah bukti nyata bahwa komitmen dan kepedulian dapat mengubah masa depan anak-anak, satu desa pada satu waktu.
